Survival Mindset for Entrepreneurs, Bertahan, Beradaptasi, dan Tumbuh di Tengah Krisis
Berita FISIP. Sabtu 18 Oktober 2025 – Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan kegiatan Temu Sapa Alumni keempat dengan tema “Survival Mindset for Entrepreneurs: Bertahan, Beradaptasi, dan Tumbuh di Tengah Krisis” pada Sabtu, 18 Oktober 2025 secara daring melalui platform Zoom Meeting. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa aktif Program Studi Sosiologi angkatan 2023 dan 2024, serta menghadirkan Ka Oktanta Trihatmoko, S.Sos., M.Si., selaku alumni Sosiologi sekaligus CEO PT Hatmoko Karya, sebagai pembicara utama.
Acara dimulai dengan sambutan dan pengantar oleh panitia, kemudian dilanjutkan oleh Alief Diaz Fajri, mahasiswa Ilmu Politik, yang bertugas sebagai moderator. Dalam pembukaannya, moderator menyampaikan pentingnya kegiatan ini sebagai wadah pembelajaran praktis untuk memahami tantangan dunia usaha di tengah situasi ekonomi yang fluktuatif.
Dalam pemaparannya, Oktanta menjelaskan bahwa dunia kerja dan dunia bisnis merupakan ruang penuh ketidakpastian yang menuntut kemampuan adaptasi tinggi. Banyak orang yang baru memulai usaha sering kali diliputi rasa takut terhadap kegagalan, namun menurutnya, rasa takut tersebut harus diubah menjadi energi untuk mencari solusi dan peluang. Ia menegaskan, “Masalah justru menjadi sumber nilai, karena dari masalah lahir solusi yang bisa menghasilkan keuntungan atau cuan.”
Lebih lanjut, Oktanta menekankan bahwa seorang wirausahawan tidak cukup hanya bermodal ide, tetapi juga harus memiliki sistem kerja yang efisien. Manusia memiliki keterbatasan waktu, tenaga, dan kemampuan, sehingga membangun sistem melalui delegasi dan kolaborasi menjadi langkah penting agar usaha dapat berkembang. Dengan sistem yang baik, wirausahawan dapat memperluas kapasitas kerja dan menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan.
Selain membahas tentang manajemen kerja, Oktanta juga menyoroti pentingnya survival mindset sebagai fondasi mental bagi setiap individu. Ia menjelaskan bahwa mindset bertahan tidak hanya berarti mampu menghadapi kesulitan, tetapi juga mampu menyesuaikan diri dan tumbuh di tengah perubahan. Adaptasi terhadap teknologi, pasar, dan dinamika sosial menjadi bagian dari strategi bertahan dalam dunia usaha modern.
Setelah penyampaian materi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif. Beberapa mahasiswa menanyakan pengalaman pribadi Oktanta dalam memulai usaha, strategi menghadapi krisis, dan cara mengatasi rasa takut gagal. Dengan gaya komunikatif, beliau menjawab setiap pertanyaan dengan contoh konkret dan pengalaman pribadi, sehingga memberikan gambaran nyata bagi peserta mengenai dunia kewirausahaan yang sesungguhnya.
Kegiatan ini juga memberikan motivasi bagi mahasiswa untuk mulai menumbuhkan keberanian dalam mengambil peluang. Oktanta menegaskan bahwa menjadi pengusaha tidak selalu berarti harus langsung sukses, tetapi harus siap untuk berproses dan belajar dari kegagalan. Ia menambahkan, “Setiap kegagalan adalah bagian dari pembelajaran. Yang terpenting bukan berapa kali jatuh, tetapi seberapa cepat kita bangkit dan beradaptasi.”
Menutup kegiatan, moderator memberikan apresiasi kepada narasumber atas waktu dan ilmu yang telah dibagikan, kemudian dilanjutkan dengan sesi dokumentasi bersama seluruh peserta. Panitia juga memberikan e-sertifikat kepada peserta sebagai bentuk penghargaan atas partisipasi aktif dalam kegiatan ini.
Dari kegiatan Temu Sapa Alumni #4 ini, dapat disimpulkan bahwa survival mindset merupakan aspek penting bagi siapa pun yang ingin memulai karier di bidang kewirausahaan. Mahasiswa Sosiologi diharapkan mampu mengimplementasikan nilai-nilai adaptif, kolaboratif, dan solutif dalam menghadapi tantangan dunia kerja. Dengan semangat belajar yang tinggi dan keberanian menghadapi risiko, para mahasiswa diharapkan dapat menjadi generasi muda yang tangguh, kreatif, dan berdaya saing tinggi di masa depan. (Maulana)
