Rektor Kukuhkan 2 Guru Besar FISIP UIN Jakarta
Auditorium Harun Nasution, FISIP Daring – Rektor UIN Jakarta Prof. Asep Saepudin Jahar kukuhkan 16 Guru Besar Perempuan UIN Jakarta, Jumat (22/12/2023) bertempat di Auditorium Harun Nasution, Kampus I UIN Jakarta.
Dari 16 Guru Besar yang dikukuhkan, 2 orang berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, mereka adalah Prof. Dzuriyatun Toyibah dan Prof. Iim Halimatusa’diyah. Dzuriyatun Toyibah dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Sosiologi sedangkan Iim dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Sosiologi Pembangunan.
Pada pidato pengukuhannya, Prof. Dzuriyatun mengatakan bahwa budaya patrikaki di dunia kampus atau perguruan tinggi masih cukup kuat, dimana laki-laki lebih dianggap memiliki kompetensi dan otoritas dibandingkan dengan perempuan.
Dirinya mengatakan, data pada 2014, bahwa dari 56 orang guru besar ternyata hanya 4 orang perempuan.
”Ada penambahan signifikan pada 2023 yakni kenaikan enam kali lipat sejak 2012, tetapi jumlahnya masih di bawah 19%,” terangnya.
Dalam pidato pengukuhannya itu, Dzuriyatun Toyibah menyebutkan data di negara lain menunjukan pada 2016, di Amerika Serikat representasi professor perempuan yang sudah tenure mencapai 26%. Jumlah tersebut naik dari 23% di 2014-2015.
Persentase perempuan dalam posisi yang sama mencapai 31% di Eropa. Di Australia prosentase professors perempuan mencapai 19.8% and Associate Professors perempuan menacapai 28 % di 2011.
“Di Indonesia meski jumlah perempuan yang mengenyam pendidika tinggi jumlahnya naik signifikan, tetapi belum dibarengi dengan jumlah partisipasi dalam jabatan publik,” ucapnya.
Sementara itu, Prof. Iim Halimatusa’diyah pada pidato pengukuhannya menjelaskan pentingnya partisipasi perempuan dalam pembangunan di Indonesia. Dia menyoroti proporsi perempuan yang menyelesaikan studinya hingga jenjang perguruan tinggi cenderung lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, tetapi tidak di dunia kerja. Perempuan yang bekerja pun justru malah menghadapi beban ganda antara tanggung jawab domestik dan publik sebagai pekerja.
Tantangan sosio-kultural yang mengonstruksi bias jender dalam masyarakat masih menjadi kendala besar bagi perempuan untuk bisa berkiprah dengan leluasa di berbagai bidang pembangunan, terutama untuk mencapai posisi krusial yang strategis bagi penentuan kebijakan.
”Oleh karena itu, perlu transformasi sosial dan kultural yang berorientasi pada keadilan gender,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor UIN Jakarta Prof. Asep Saepudin Jahar dalam sambutannya mengungkapkan mengungkapkan kebanggaan sekaligus apresiasinya atas pengukuhan para Guru Besar baru ini. “Pengukuhan para guru besar baru ini mencerminkan komitmen UIN Jakarta dalam pengembangan sumber daya pengajar berkualitas serta mendorong riset, pendidikan, pengajaran, dan pengabdian sosial yang lebih kuat,” katanya.
Kehadiran mereka, sambungnya, akan kian mengokohkan peran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berfokus pada keunggulan akademik berbasis integrasi keilmuan. “Kehadiran mereka akan menjadikan UIN Jakarta semakin kuat sebagai pusat keunggulan akademik, tempat di mana penelitian inovatif, pengajaran berkualitas, dan pengabdian kepada masyarakat dapat terus berkembang,” imbuhnya.
Hal lain yang membanggakan, tambahnya, ke-16 Guru Besar yang dikukuhkan merupakan para Guru Besar perempuan. Selain memperkuat keunggulan akademik, kehadiran mereka juga menempatkan UIN Jakarta kini sebagai perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKIN) terbanyak Guru Besar perempuan.
“Pengukuhan mereka menjadikan representasi kelompok perempuan dalam dunia akademik perguruan tinggi keagamaan Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta makin terwakili,” imbuhnya.
Selain Prof. Dzuriyatun Toyibah dan Prof Iim Halimatusa’diyah, Rektor juga mengukuhkan 14 Guru Besar perempuan lainnya, mereka adalah; Prof. Fadhilah Suralaga (Ilmu Psikologi Pendidikan), Prof. Megga Ratnasari Pikoli (Ilmu Mikrobiologi Lingkungan), Prof. Hoirun Nisa (Ilmu Epidemiologi). Lalu, Prof. Siti Nurul Azkiyah (Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris), Prof. Sururin (Ilmu Pendidikan Islam), dan Prof. Zahrotun Nihayah (Ilmu Psikologi).
Selanjutnya, Prof. Nur Inayah (Ilmu Matematika), Prof. Darsita S. (Ilmu Linguistik), Prof. Zilhadia (Ilmu Analisis Farmasi), Prof. Maila Dinia Husni Rahiem (Ilmu PAUD dan Kesejahteraan Sosial), Prof. Siti Rochaeni (Ilmu Manajemen Agraria), Prof. Rena Latifa (Ilmu Psikologi Agama), Prof. Hendrawati (Ilmu Kimia Lingkungan), dan Prof. R. Yani’ah Wardani (Ilmu Bahasa Arab).