Prodi Sosiologi memberikan softskill ke mahasiswa : Prostitusi dalam Kacamata Sosiologi Perilaku Menyimpang
Berita FISIP, Jum’at, 08 November 2024, Prodi Sosiologi memberikan softskill dengan judul Prostitusi dalam Kacamata Sosiologi Perilaku Menyimpang disampaikan Dr. Pardamean Daulay, S.Sos.,M.Si dari Universitas Terbuka sebagai Narasumber di Aula Madya, Jumat 8 Nopember 2024.
Dr. Daulay berbicara tentang prostitusi dalam kacamata sosiologi perilaku menyimpang, dengan fokus pada bagaimana sosiologi dapat membantu kita memahami fenomena sosial yang lebih besar di balik masalah pribadi, seperti pengangguran, yang sering kali dianggap sebagai masalah individu padahal memiliki dimensi sosial yang luas.
Sosiologi sebagai ilmu berperan penting dalam menyingkap berbagai permasalahan sosial, termasuk prostitusi, yang merupakan salah satu isu sensitif yang terus berkembang dalam masyarakat. Sosiologi mengajak kita untuk berpikir kritis mengenai peran kita dalam masyarakat dan bagaimana kita bisa berkontribusi untuk perubahan sosial yang lebih baik.
Dalam konteks prostitusi, Dr. Daulay menjelaskan tentang perilaku menyimpang, yaitu tindakan yang melanggar norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Prostitusi, yang sering kali dipandang sebagai pelanggaran norma moral, menjadi topik yang sangat relevan untuk dibahas. Penutupan lokasi prostitusi seperti Dolly di Surabaya, misalnya, dilakukan dengan menggunakan instrumen formal dan legitimasi budaya serta agama, yang membentuk struktur "mengekang" (constraining) untuk memaksa pelaku prostitusi keluar dari bisnis tersebut. Namun, di sisi lain, upaya pemberdayaan dan pelatihan yang diberikan bertujuan untuk "memampukan" (enabling) mereka agar bisa beralih ke pekerjaan yang lebih layak.
Penelitian yang disampaikan menunjukkan bahwa meskipun lokalisasi seperti Dolly ditutup, praktik prostitusi tidak sepenuhnya hilang. Bahkan, ketika para pekerja seks komersial (PSK) dan mucikari tidak mendapat alternatif kehidupan yang layak, mereka justru kembali melakukan aktivitas tersebut dengan cara yang lebih kreatif, termasuk melalui transaksi “Drive Thru”, di mana pesanan prostitusi diantar ke tempat tertentu.
Ini mencerminkan tantangan dalam menangani masalah prostitusi secara efektif, yang tidak hanya membutuhkan penutupan lokasi atau peraturan yang ketat, tetapi juga solusi sosial yang lebih menyeluruh dan pemberdayaan bagi para pelaku yang terdampak.(tries)