Peningkatan Hubungan dengan ROC (Taiwan)
Pada Senin, 15 Juli 2024. Wakil Dekan Akademik FISIP UIN Jakarta Dr. Iding Rosyidin, S.Ag., M.Si. bergabung bersama the Habibie Center (THC) dalam rangka melakukan kegiatan Visiting Delegation to ROC (Taiwan) yang berlangsung pada tanggal 8 – 12 juli 2024 . Kegiatan ini adalah atas undangan pemerintah Taiwan melalui perwakilannya di Jakarta, yaitu TETO (the Taipei Economic and Trade Office) ke THC. THC diwakili oleh Direktur Eksekutifnya yang sekaligus Dosen Tetap Program Studi Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mohamad Hasan Anshori, Ph.D., THC kemudian mengajak sejumlah institusi yang sudah memiliki kesepakatan kerja sama, seperti FISIP UIN Syarif Hidatullah Jakarta, UNPAD, Universitas al-Azhar Indonesia (UAI), Center for Stategic and International Studies (CSIS), dan Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS). Kegiatan kunjungan ini langsung dipimpin Direktur TETO, William Hsu.
Ada beberapa tempat yang dikunjungi delegasi dan dilakukan dialog. Pada Selasa 9 Juli 2024, rombongan delegasi mengunjungi Institute of International Relations, National Cheng Chi University (NCCU), salah satu kampus terkemuka di Taiwan yang memiliki program studi ilmu-ilmu sosial, ilmu komunikasi, hubungan internasional dan lain-lain. Di sini ada seorang mahasiswa Indonesia yang sedang mengambil program doktor dalam bidang hubungan internasional dengan beasiswa pemerintah Taiwan.
Ada satu hal menarik yang didapatkan dari pertemuan ini terkait hubungan Indonesia dan Taiwan. Meski Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik, karena kebijakan One China Policy (kebijakan satu Cina) di mana Indonesia hanya memiliki hubungan diplomatik dengan Cina, tetapi hubungan people to people dan business to business antara Indonesia dan Taiwan cukup besar. Namun, tentu saja, masih perlu ada upaya-upaya peningkatan hubungan misalnya dagang atau bisnis antar kedua negara dalam skala yang lebih besar. Dalam hal ini, pihak Taiwan sangat mengharapkan ada perwakilan resmi Indonesia yang datang ke Taiwan untuk membicarakan masalah tersebut. Karena Taiwan terus meningkatkan hubungan dagangnya dengan Thailand, Vietnam, Filipnan daan lain-lain secara lebih besar.
Kemudian delegasi menuju ke Taiwan Foundation for Democracy. Lembaga ini merupakan salah satu think thank pemerintahan Taiwan. Di sini dialog banyak terjadi seputar kebijakan politik bak dalam maupun luar negeri Taiwan.
Ada banyak hal menarik terungkap dalam dialog tersebut terutama berkaitan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang dianut pemerintah Taiwan. Sebagai negara yang saat ini diperintah partai berhaluan demokrasi, Democratic Progressive Party (DPP), berkomitmen terhadap penerapan nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan berbicara, agama dan sebagainya.
Pada Rabu 10 Juli 2024 rombongan delegasi memulai aktivitasnya dengan mengunjungi Industrian Technology Research Institute (ITRI), di wilayah selatan, kurang lebih perjalanan satu jam dari Taipei City. Lembaga ini boleh dikatakan sebagai jantungnya Taiwan. Pencapaian riset-riset teknologi dalam beragam bidang seperti medical care dan lain-lain menjadi keunggulan negeri ini. Ada hal menarik dari lembaga ini yang bisa menjadi model bagi lembaga-lembaga serupa di negara lain. Pada awalnya ITRI dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah, tetapi seiring dengan berbagai capaian riset-risetnya dan kolaborasi dengan berbagai instansi lain, lembaga pada akhrinya bisa mendanai dirinya sendiri sampai 60 persen.
Setelah makan siang, rombongan bergerak menuju Institute for National Defense and Security Research (INDSR). Kalau di ITRI rombongan disuguhi presentasi terkait riset-riset teknologi, maka di INDSR lebih banyak disajikan tentang masalah-masalah yang berpotensi menjadi ancaman keamanan nasional terutama di perbatasan. Dalam hal ini, relasi Taiwan-Beijing menjadi fokus pembahasan utama. Pemerintahan yang dikuasai DPP di mana orientasinya lebih menekankan independensi Taiwan dari Cina, tentu membuat hubungan Taiwan-Beijing kerap memanas. Karena itu, INDSR selalu focus terhadap situasi tersebut.
Yang tidak kalah pentingnya adalah rombongan dijamu makan malam di hotel Grand Hyatt Taipei oleh Wakil Menteri Luar Negeri Taiwan. Tentu ini merupakan sebuah kehormatan bagi rombongan delegasi. Meski suasana obrolan berlangsung dalam suasana yang sangat santai, tetapi tak urung banyak pula topik-topik pembicaraan serius yang muncul, terutama saat pembicaraan terkait dengan Taiwan-Cina, termasuk Indonesia.
Di hari berikutnya, Kamis 11 Juli 2024, rombongan delegasi mengunjungi sebuah perusahaan besar di Taiwan yang banyak bergerak di bidang energy power, yaitu Tatung Company. Perusahaan ini sudah banyak memiliki wakil-wakilnya di berbagai negara di Asia seperti Thailand, Vietnam, India, dan tentu diharapkan juga ada di Indonesia. Setelah itu, rombongan bergerak menuju salah satu kampus, yaitu Asia Eastern University of Science and Technology. Di kampus ini ada 16 mahasiswa Indonesia yang umumnya belajar tentang sains dan teknologi. Kemudian rombongan dibawa ke Far Eastern Memorial Hospital untuk berdialog dengan wakil direkturnya. Rumah sakit dan universitas bernaung di bawah holding company yang sama, sehingga orientasi dari rumah sakit ini non profit. Boleh dikatakan ini merupakan bagian dari CSR nya Perusahaan. Rumah sakit ini ternyata telah memiliki kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Di hari terakhir, Jum’at 12 Juli 2024, kunjungan lebih difokuskan ke partai-partai politik di Taiwan. Kunjungan pertama ke partai berkuasa, DPP, di mana topik pembicaraan banyak berkisar tentang bagaimana kebijakan dalam dan luar negeri Taiwan terutama terkait dengan Cina di mana DPP lebih menarik garis dari Cina. Sementara di partai kedua yang dikunjungi, yaitu partai oposisi Kuo Min Tang (KMT) yang dipersepsikan publik lebih ingin Taiwan berhubungan dekat dengan Cina rombongan mendapatkan realitas yang sedikit berbeda. Petinggi KMT yang ditemui, misalnya, menyatakan dengan tegas bahwa KMT keran menjadi korban kampanye menyerang (attacking campaign) dengan selalu menyebut KMT sebagai “pro Cina” atau “pro unifikasi” dan sejenisnya. Padahal kenyataaannya tidaklah serigid itu. Bukan tidak mungkin kampanye-kampanye seperti itu menurunkan tingkat elektabilitas KMT sehingga sudah tiga kali pemilu presiden sejak 2016 selalu kalah. Kunjungan terakhir ke Taiwan People’s Party (TPP) atau Partai Rakyat Taiwan. Partai ini, kalau di Indonesia mungkin bisa disandingkan dengan PSI.