Membangun Budaya Akademik Melalui Publikasi Ilmiah: Ruang Ekspresi Intelektual Mahasiswa
Membangun Budaya Akademik Melalui Publikasi Ilmiah: Ruang Ekspresi Intelektual Mahasiswa

Berita FISIP. Jum’at, 14 November 2025 – Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menghadirkan kegiatan Bincang Alumni Ilmu Politik Series ke-10 secara daring pada pukul 14.00-15.30 WIB. Pada edisi kali ini, tema yang diusung adalah "Membangun Budaya Akademik Melalui Publikasi Ilmiah: Ruang Ekspresi Intelektual Mahasiswa.”

Dengan menghadirkan Muhammad Imadudin Nasution, M. Ag., alumni Pemikiran Politik Islam Angkatan 2010 yang saat ini berkiprah sebagai Dosen/akademisi di Institute Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon dan Dosen MKCU Universitas Dian Nusantara. Kegiatan Ini dipandu oleh Anisa Rizki Amalia, Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Angkatan 2022.

Dalam pemaparan awal, Imad menyampaikan secara sistematis tahapan penulisan artikel jurnal ilmiah, mulai dari penyusunan judul hingga penggunaan teknik sitasi atau daftar pustaka. Pada bagian penentuan judul, ia menegaskan bahwa judul kecil harus ditetapkan terlebih dahulu karena menjadi representasi langsung dari permasalahan yang diteliti. Di dalam judul kecil tersebut memuat research gap yang dapat ditemukan melalui perbandingan antara kondisi ideal dan kondisi nyata, atau antara teori dan realitas lapangan.

Pada pembahasan mengenai sitasi, Imad memberikan saran agar peneliti hanya menggunakan satu aplikasi pengelola sitasi. Konsistensi ini penting untuk menghindari bias atau kesalahan deteksi, terutama oleh AI detector yang kerap keliru dan justru mengidentifikasi tulisan asli penulis sebagai hasil AI.

Selain menjelaskan aspek teknis penulisan, Imad juga menyoroti penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam penyusunan karya ilmiah. Ia menyampaikan bahwa penggunaan AI masih diperbolehkan selama sebatas membantu memilih kosakata atau kata sambung, namun tidak dibenarkan menyalin satu kalimat secara utuh dari AI.

Pada sesi diskusi, peserta mengangkat pertanyaan mengenai batasan penggunaan AI dalam penelitian. Imad menjelaskan bahwa isu tersebut masih menjadi perdebatan karena terkait dengan masalah regulasi. Ia menekankan bahwa peneliti harus tetap berpikir kritis agar dapat menjaga objektivitas dan menghindari ketidaknetralan dalam memanfaatkan AI.

Selain membahas penggunaan AI, Imad juga menanggapi terkait tantangan dalam melakukan wawancara untuk topik sensitif. Ia menyatakan bahwa hal tersebut memang cenderung tricky dan membutuhkan kehati-hatian tinggi, sehingga metode kualitatif sering kali lebih menantang dibandingkan metode kuantitatif.

Acara Bincang Alumni Ilmu Politik ke-10 ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada narasumber dan sesi dokumentasi bersama audiens.

Penulis : Anisa