Mahasiswa dan Tantangan Era Kontemporer
Ciputat, FISIP Online - Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI) adakan kegiatan seminar pada Senin (14/10) pukul 10.15 WIB.
Salah satu tantangan generasi milenial adalah menuntaskan perjuangan reformasi. Ketidakadilan senantiasa menyandera kehidupan bangsa yang tumbuh subur menjadi bibit ketidakadilan.
Atas kesadaran tersebut, HIMAHI UIN Jakarta menyelenggarakan seminar publik. Semubar tersebut merupakan rangkaian pembuka dari kegiatan tahunan International Relations Championship (IRON) 2019.
Bertajuk 'Youth Challenges in Global Contemporary World Politics: Youth's Roles in Global People's Movements', seminar turut mengundang para ahli di bidang kemahasiswaan dan politik. Di antaranya, Budiman Sudjatmiko dan Teguh Santosa.
Pada kesempatan kali ini, kedua narasumber memaparkan pentingnya eksistensi gerakan mahasiswa sebagai pengisi ruangan aspirasi yang ada dalam bilik-bilik masyarakat.
Budiman menyampaikan bahwa pergerakan haruslah ada sebagai sarana kemajuan sistem demokrasi dan negara.
"Kita adalah budak sejarah, dan tugas kita sekarang adalah melepas diri dari belenggu sejarah dan menjadi tuan dari sejarah," tutur Budiman.

Kemudian, Teguh Santosa dalam kesempatan tersebut menjelaskan salah satu tantangan generasi mendatang adalah menuntaskan perjuangan melawan ketidakadilan yang senantiasa menyandera kehidupan berbangsa dan bernegara.
Teguh menyampaikan bahwa dalam setiap elemen kehidupan faktor-faktor yang berpotensi untuk menimbulkan kebencian dan konflik. Di antaranya adalah pemangku kekuasaan.
"Umumnya akar kebencian itu ada pada ketidakadilan. Siapa pihak yang paling berpotensi untuk tidak adil. Itulah orang yang berkuasa," jelas Teguh.
Teguh menambahkan bahwa kekuasaan sesuatu yang didominasi suatu pihak akan berpotensi melenceng dari keadilan. Tidak hanya di bidang politik tetapi hal lainnya seperti ilmu pengetahuan.
Selain faktor dominasi kekuasaan, faktor identitas juga memengaruhi proses pemberantasan ketidakdilan yang merupakan sebuah tantangan bagi generasi penerus bangsa untuk mengatasi sekat-sekat di tengah masyarakat majemuk.
"Salah satu warisan dari kolonialisme dulu adalah konsep negara modern seperti saat ini. Penduduk yang semula berada dalam satu komunitas sama, dipisahkan oleh konsep-konsep negara yang melahirkan spektrum dan identitas-identitas baru," tambahnya. Sandy dan Galih.