Juara 2 Lomba Menulis Opini “Hysteric” BEMP Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta
Saya memang pribadi yang memang senang untuk mengikuti lomba sejak SMA. Pada awal saya SMA, saya didaftarkan oleh guru Bahasa Indonesia saya untuk mengikuti Lomba Debat pada kelas 10. Setelah itu, saya menjadi senang untuk mengikuti perlombaan hingga akhirnya saya bersama teman saya mendirikan ekstrakurikuler Klub Bahasa Indonesia di SMA Negeri 27 Jakarta.
Sejak saya masuk UIN Jakarta khususnya di FISIP UIN Jakarta, budaya untuk mengikuti lomba belum terbangun dengan baik. Oleh karena itu, saya memberanikan diri di semester yang terbilang awal ini untuk ikut dalam berbagai ajang perlombaan agar teman-teman yang lain nantinya merasa terpacu juga untuk mengikuti perlombaan. Karena jika kita ingin membanggakan nama baik kampus, tempat terbaik adalah di arena perlombaan. Oleh karena itu, saya memberanikan diri untuk mencoba ikut ke dalam lomba-lomba menulis ini ataupun lomba debat.
Proses perlombaan ada yang berbayar dan belum berbayar. Pada perlombaan ini saya mengikuti yang berbayar. Jumlah peserta ada 10 dari berbagai kampus di Indonesia seperti Univ Sriwijaya, Univ Jendral Soedirman, Univ Negeri Jakarta, Univ Indonesia, Univ Pembangunan Jaya, dan lain-lain. Saya mendapat Juara 2 Lomba Menulis Opini “Hysteric” BEMP Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta
Harapan saya adalah saya ingin membangun budaya prestasi khususnya di FISIP UIN Jakarta. Seperti yang saya katakan bahwa jika kita ingin membanggakan nama FISIP UIN Jakarta di kancah nasional bahkan internasional, salah satu caranya adalah dengan mengikuti perlombaan. Sebenernya, saya memahami bahwa SDM di FISIP UIN Jakarta tidak kalah dengan universitas di luar sana, bahkan SDM kita lebih unggul karena kita terbiasa untuk hidup kritis dan berdiskusi di kampus, tetapi memang belum ada sarana dan fasilitas di FISIP UIN Jakarta sebelumnya dalam memberikan wadah bagi mahasiswa/I FISIP UIN Jakarta untuk ikut dalam arena perlombaan. Semoga kedepannya mahasiswa/I FISIP UIN Jakarta semakin banyak yang turun ke dalam arena perlombaan. Menang kalah urusan lain, tetapi bagaimana kita memberanikan diri untuk berproses adalah kunci keberhasilan. Selain itu, saya berharap juga pihak kampus membantu kami dalam hal biaya pendaftaran karena tidak semua lomba itu murah dan dapat dijangkau oleh semua mahasiswa. Di beberapa event lomba debat misalnya, ada yang biaya pendaftarannya sampai jutaan, belum termasuk akomodasi kita untuk ke tempat perlombaan.
Pang Muhammad Jannisyarief