Inilah Prinsip Kepemimpinan dalam Islam
“Sukses kepemimpinan dalam Islam, mengacu pada surah al-Baqarah ayat 124, tidak menganut prinsip hereditas atau berdasarkan garis keturunan. Anak, saudara, dan kerabat dari seorang pemimpin (raja, presiden, dll) tidak mesti mewarisi garis kepemimpinan pendahulunya,” demikian disampaikan Iding Rosyidin pada khutbah Jum’at di masjid FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Mei 2023.
Saat nabi Ibrahim diangkat Allah sebagai imam bagi seluruh umat manusia, lalu Ibrahim bertanya, bagaimana dengan anak keturunanku, lalu Allah menjawab, janji-Ku ini tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim. Ini artinya, yang ditekankan dalam Islam adalah bukan keturunan, melainkan kriterianya, dalam hal ini tidak zalim, tambah Iding.
Tidak zalim itu artinya bisa sangat luas, misalnya, tidak menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya; tidak berlaku aniaya baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain; tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dan sebagainya. Dan kriteris ini jelas, sangat sesuai dengan kepemimpinan yang dibutuhkan manusia saat ini.
Oleh karena itu, pesan Iding, dalam memilih calon pemimpin, apa pun levelnya, sebagai publik, kita mesti melihat kriteria tersebut di atas dengan cara melihat rekam jejaknya. Jangan memilih hanya karena kesamaan suku, etnis, bahasa, atau bahkan agama, pungkas Iding.