Dari Filantropis hingga Figur Kontroversial: Menimbang pengaruh George Soros terhadap Lanskap Keamanan Internasional
Dari Filantropis hingga Figur Kontroversial: Menimbang pengaruh George Soros terhadap Lanskap Keamanan Internasional

Penulis : Ganang Muhammad Perlez Oasis - Mahasiswa Hubungan Internasional

Dalam beberapa waktu terakhir, nama George Soros kerap muncul dalam berbagai wacana politik dan keamanan global. Ia disebut sebagai miliarder berpengaruh sekaligus dalang di balik berbagai gerakan sosial dan perubahan politik di dunia. Dari Eropa Timur hingga Asia Tenggara, berbagai statement yang mengecam Soros bertebaran mulai dari tuduhan terkait pengaruhnya terhadap kebijakan ekonomi, hingga klaim konspiratif yang menyebutnya sebagai arsitek demonstrasi dan instabilitas politik global.

Bahkan di Indonesia, sebagian kalangan percaya bahwa Soros memiliki peran tersembunyi dalam mendanai atau menginspirasi berbagai gelombang aksi massa dan gerakan sipil. Tuduhan-tuduhan ini menyebar luas di ruang publik, menciptakan citra bahwa Soros bukan sekadar investor atau filantropis, melainkan sosok yang dapat mengguncang tatanan negara dan mengganggu keamanan internasional.

Asal usul kekayaan dan pemikiran George Soros

George Soros dikenal luas sebagai investor miliarder dan filantropis terbesar sepanjang sejarah. Ia merupakan tokoh utama pendukung politik sayap kiri di Amerika Serikat dan aktif mendukung serta mendanai berbagai gerakan dan aktivisme HAM, isu progresifitas bahkan liberalisasi di berbagai negara, terutama negara yang masih didominasi oleh aktor-aktor konservatif, negara yang masih menerapkan sistem otoritarian dan minim akan partisipasi publik, maupun sarat akan represifitas pemerintah. Dukungannya mencakup isu-isu seperti demokrasi, hak asasi manusia, kebebasan sipil, serta kebijakan yang berpihak pada kelompok minoritas dan imigran.

George Soros Adalah seorang Yahudi yang lahir di Hungaria pada 1939. Sebagaimana kehidupan seorang Yahudi selama Perang Dunia Dua, Soros hidup dalam penderitaan di bawah pendudukan Nazi. Ia menyaksikan langsung perlakuan kejam terhadap kaumnya selama perang berlangsung. Perang dunia pun berlalu dan pengalaman ini membentuknya menjadi orang lebih peka dan peduli terhadap isu kemanusiaan, HAM dan kebebasan individu. Ini menjadi fondasi aktivitas filantropi dan dasar pemikirannya dalam membentuk masyarakat yang lebih bebas, terbuka dan menjunjung nilai demokrasi.

George Soros membangun kekayaannya yang bernilai miliaran dolar dengan memprediksi pergerakan pasar dan menerapkan strategi investasi yang berani. Perjalanannya dalam menciptakan kekayaan mencakup pergerakan finansial selama beberapa dekade, dan spekulasi mata uang menjadi spesialisasinya yang paling menguntungkan. Namanya juga dikenal publik sebagai spekulan terutama pada awal 1990-an setelah berhasil meraup keuntungan besar melalui spekulasi terhadap mata uang poundsterling, peristiwa yang kemudian dijuluki “the man who broke the Bank of England.” Keberhasilan finansial itu menjadi landasan bagi aktivitas filantropisnya di berbagai belahan dunia.

Jejak Perjalan Filantropi Soros

Aksi filantropi pertama Soros adalah pada 1979, ketika ia mendanai beasiswa untuk para pelajar kulit hitam di Afrika Selatan, yang masih menerapkan kebijakan apartheid pada masa itu. Pada 1980an, ia membantu mempromosikan pertukaran ide di Hungaria yang Komunis dengan mendanai kunjungan para pemikir liberal Hungaria ke universitas-universitas Barat. Soros kemudian mendirikan Open Society Foundations, lembaga filantropi yang ia gunakan untuk menyalurkan gagasan serta dukungan untuk mencapai tujuannya tentang masyarakat yang bebas dan demokratis. Nama jaringan hibah internasional ini terinspirasi oleh buku The Open Society and Its Enemies (Masyarakat Terbuka dan Musuh-musuhnya) yang ditulis Karl Popper pada 1945. Popper berargumen bahwa individu berkembang pesat dalam masyarakat yang terbuka karena mereka dapat mengekspresikan diri dengan bebas dan menguji ide-ide mereka, sementara masyarakat yang tertutup akan berujung pada kebuntuan. Open Society Foundations telah mendukung individu dan organisasi di seluruh dunia dalam memperjuangkan kebebasan berekspresi, transparansi, pemerintahan yang akuntabel, dan masyarakat yang mempromosikan keadilan dan kesetaraan, dikutip dari laman resminya.

Open Society Foundations (OSF), terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung gerakan demokratis melalui pendanaan dan penerbitan karya akademik di berbagai belahan dunia, termasuk Afrika. Salah satu bentuk nyata dukungan tersebut terlihat dalam penerbitan buku Citizen Journalism and Democracy in Africa, yang membahas bagaimana jurnalisme warga berperan dalam memperkuat demokrasi di kawasan tersebut. Dukungan OSF terhadap penerbitan buku ini menjadi bagian dari misinya untuk memperkuat kebebasan berekspresi. OSF juga mengumumkan pembentukan lembaga baru bernama Roma Foundation for Europe, yang akan menjadi institusi independen pertama berskala besar yang dipimpin langsung oleh tokoh-tokoh Roma. Lembaga tersebut akan berkantor pusat di Brussels dan menjalankan komitmen pendanaan sebesar €100 juta hingga tahun 2030. Melalui inisiatif ini, OSF berupaya memberdayakan komunitas Roma dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik, sekaligus mengatasi berbagai bentuk diskriminasi dan hambatan sistemik yang telah lama dihadapi oleh kelompok etnis terbesar di Eropa tersebut.

Kontroversi dan Tuduhan Instabilisasi

Meskipun memiliki tujuan yang mulia, dukungan Soros terhadap gerakan demokratisasi di negara-negara otoriter atau konservatif sering kali direspons dengan kecurigaan dan resistensi. Tokoh-tokoh pemerintah maupun konservatif menuduh Soros ikut memperkeruh situasi politik dalam negeri dengan mendanai kelompok oposisi dan aksi protes yang berujung pada instabilitas.

Mantan Perdana Menteri Slowakia Robert Fico menyalahkan Soros atas protes kebebasan pers yang terjadi di negaranya setelah pembunuhan jurnalis investigasi Ján Kuciak dan tunangannya pada 2018. Media asal Rusia, Sputnik, menyebut nama George Soros sebagai sosok yang diduga menjadi dalang gelombang protes belakangan ini. Tudingan tersebut disampaikan oleh Angelo Giuliano, yang disebut Sputnik sebagai analis geopolitik yang berfokus pada hubungan internasional. Gerakan Trump berusaha mengkambinghitamkan Soros sebagai bagian dari retorika Make America Great Again. Para pendukung Trump menuduh Soros, antara lain, mendukung karavan migran yang mencoba memasuki Amerika Serikat dari Amerika Tengah, berada di balik serangan terhadap Brett Kavanaugh selama pencalonan dirinya sebagai hakim agung (sebuah kebohongan yang dicuitkan oleh Trump sendiri), dan mempromosikan agenda globalis elitis yang merongrong lapangan kerja dan budaya Amerika. Terlepas dari benarnya tuduhan-tuduhan tersebut, secara tidak langsung pernyataan mereka membenarkan  kuatnya peran Soros dalam memengaruhi stabilitas politik dan sosial.

Menimbang pengaruh individu dalam Keamanan Global

Pengaruh Soros dalam politik global tidak dapat dipandang remeh. Jaringan filantropinya yang menjangkau lebih dari seratus negara memberi ruang baginya untuk membentuk arah kebijakan publik dan membangun narasi global tentang demokrasi liberal. Bagi para pendukungnya, Soros adalah simbol harapan bagi kemajuan HAM dan kebebasan politik. Namun bagi lawan-lawan ideologisnya, ia adalah ancaman terselubung yang mampu menggoyahkan stabilitas pemerintahan, terutama di negara yang masih rapuh secara politik dan ekonomi. Skala pengaruh semacam ini menunjukkan bahwa aktivitas seorang individu, jika didukung sumber daya yang besar, memang bisa berimplikasi langsung terhadap keamanan nasional maupun internasional.

Pada akhirnya, posisi dan peran dari George Soros harus selalu diperhitungkan pada setiap isu politik nasional maupun internasional. Menilai apakah George Soros berbahaya atau justru membawa manfaat bergantung pada perspektif politik yang digunakan. Dari sudut pandang kelompok konservatif dan otoriter, Soros adalah sosok yang mengancam stabilitas dan tatanan sosial yang mapan. Namun, dari kacamata aktivis HAM dan pejuang demokrasi, Soros adalah sekutu penting yang memperjuangkan nilai-nilai kebebasan universal. Terlepas dari pro dan kontra tersebut, satu hal yang pasti: kekuatan finansial dan jaringan filantropi Soros telah menjadikannya salah satu aktor non-negara paling berpengaruh di dunia, sehingga perannya dalam lanskap keamanan global harus selalu diperhatikan dan dipertimbangkan.