Conflict and Peace Building: Local and Global Context
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan Seminar Internasional yang diselenggarakan pada hari Rabu, 21 Juni 2023 pukul 09.00-12.00 WIB. Acara ini bertempat di Auditorium Prof. Bahtiar Effendy FISIP UIN Jakarta yang dihadiri oleh Jajaran civitas academica FISIP UIN Jakarta dan mahasiswa. Tema acara ini yaitu “Conflict and Peace Building: Local and Global Context ”.
Tampil sebagai pembicara pada seminar internasional ini Prof. Abu Bakarr Bahh (Norhtern Illinois Univeristy, USA), Dr. Ella S. Prihatini (Universitas Islam Internasional Indonesia), dan Dr. Mohammad Hasan Ansori (FISIP UIN Jakarta). Acara dimulai dengan sambutan dan pengantar dari Dekan FISIP UIN Jakarta, Prof. Dr. Dzuriyatun Toyibah, M.Si., MA. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Dr. Riana Mardilla, MIR. (FISIP UIN jakarta) dengan pembawaannya yang khas penuh semangat.
Pembicara pertama Prof. Dr. Abu Bakar Bahh menjelaskan perang Ukraina dan pergeseran strategis dalam hubungan internasional yang memungkinkan perdamaian multipolar. Menurutnya Ukraina menghasilkan perubahan strategis dalam hubungan internasional dengan cara yang menjadikan perang Ukraina sebagai titik kritis dalam keamanan internasional.
Setelah itu tampil pembicara kedua yaitu, Dr. Mohammad Hasan Ansori yang memaparkan demokrasi pasca-konflik dan pembangunan perdamaian di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. “Analis konflik menganggap Indonesia, Thailand, Filipina, dan Myanmar sebagai negara dengan sejarah konflik dan kekerasan yang panjang di Asia Tenggara. Masih dalam lanjutannya konflik dan kekerasan telah menjadi salah satu agenda global yang paling krusial dan mendapat perhatian mendalam dari para pemimpin dunia, terutama pasca kolonialisme dan perang dingin.
Terakhir tampil menjadi pembicara yaitu, Dr. Ella S. Prihatini yang menjelaskan tentang wanita dan membangun perdamaian di Indonesia dan luar negeri. perempuan sebagai negosiator, mediator, penandatangan, dan saksi meningkatkan kemungkinan kesepakatan berlangsung setidaknya dua tahun sebesar 20 persen, dan probabilitas itu berlangsung setidaknya 15 tahun sebesar 35 persen. “Negara dengan tingkat kesetaraan gender yang lebih tinggi lebih banyak cenderung menyelesaikan masalah secara damai dan kecil kemungkinannya menggunakan tindakan militer untuk menyelesaikan perselisihan internasional” Ujar Ella.
Selesai narasumber memberikan pemaparan, dibuka sesi tanya jawab untuk para mahasiswa dan dosen. Mereka tampak sangat aktif bertanya kepada narasumber dan antusias dari awal mengikuti workshop ini. Acara ditutup dengan pemberian cinderamata kepada narasumber.
[gallery link="file" ids="6670,6671,6663,6664,6665,6666,6667,6668,6669,6662,6661,6660"]