BINCANG ALUMNI ILMU POLITIK #2 Indra dan Lilis: Menembus S-2 dan Menjadi Asisten Peneliti Ilmu Politik
BINCANG ALUMNI ILMU POLITIK #2 Indra dan Lilis: Menembus S-2 dan Menjadi Asisten Peneliti Ilmu Politik

Berita FISIP. Kamis 10 Juli 2025— Indra Surya Ramadhan, S.Sos. dan Lilis Ratnasari S.Sos. menceritakan pengalamannya kuliah dan menjadi asisten peneliti di luar negeri pada Bincang Alumni Series #2 bertema “Belajar & Hidup di Australia: Menembus Pendidikan Master dan Menjadi Asisten Peneliti Ilmu Politik”. Kegiatan yang diselenggarakan Program Studi Ilmu Politik FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, secara daring, Kamis (10/07/2025) ini dihadiri Ketua Prodi Ilmu Politik, Dr. Suryani, M.Si., dan diikuti seluruh mahasiswa.

Indra, alumni Prodi Ilmu Politik (lulus 2021), sedang memperdalam ilmu politik di Program Magister di Australian National University (ANU). Sedangkan Lilis, juga alumni Prodi Ilmu Politik (lulus 2024), menjadi research assistant Prof. Edward Aspinall, Kepala Departemen Perubahan Politik dan Sosial, Coral Bell School of Asia Pacific Affairs, di ANU

Indra menjelaskan, belajar ilmu politik di Australia merupakan pilihan yang baik. “Ini termasuk kesempatan untuk mempelajari politik Indonesia dan Asia Tenggara dari sudut pandang eksternal dengan pendekatan yang lebih komparatif, empiris, dan teoritis,” kata Indra yang lulus di semester 14. Indra bisa belajar pendekatan dan corak baru dalam berpikir ilmu politik dan bertemu dengan banyak dosen dan profesor spesialis Indonesia dan Asia Tenggara. Ia mencontohkkan Edward Aspinall, Eve Warburton, Marcus Mietzner, dan Sally White. Kata Indra, mereka melatih riset dan penulisannya secara serius, serta membangun jaringan peneliti dan alumni internasional.

Indra memberikan beberapa tips utama untuk persiapan beasiswa dan studi S-2, seperti mempersiapkannya sejak masuk S1; melatih skill bahasa Inggris hingga mendapat skor yang diinginkan; memilih kampus yang diinginkan hingga mendapatkan LoA; mencoba semua beasiswa popular seperti BIB-LPDP Kemenag, LPDP, AAS (Australia Awards Scholarships), Fulbright (USA), dan Chevening (UK); melatih tes wawancara serta jangan mudah menyerah pada hasil.

Tips lain disampaikan Lilis. Untuk menjadi research assistant, papar Lilis, harus memiliki minat riset yang selaras dengan para peneliti, seperti teliti, mandiri, dan bertanggung jawab, bisa diandalkan dalam hal teknis seperti literatur, coding, dan analisis, serta mau belajar dan tidak takut bertanya. Lilis juga menekankan pentingnya membangun kapasitas seperti mengikuti mata kuliah metodologi penelitian, statistik, ikut magang di lembaga riset, menguasai software riset untuk kuantitatif serta kualitatif. ”Harus menunjukkan keaktifan akademik. Misalnya, ikut seminar, nulis artikel opini/ilmiah, serta menggunakan LinkedIn, Google Scholar, atau blog riset pribadi untuk membangun kredibilitas juga menjadi poin penting. Yang penting, kita meminta referensi dari dosen yang tahu kemampuan dan kinerja kita,” kata Lilis.

Lilis menjelaskan, kemampuannya menjadi research assistant merupakan kombinasi dari kemampuan, relasi, dan keberuntungan. Tugas-tugasnya sebagai research assistant meliputi menginput, mengolah, dan membersihkan data (misalnya dari SPSS, Excel, Stata, R), mengelola dan merapikan data (data cleaning), menjalankan analisis statistik dasar atau lanjutan, membuat grafik/tabel serta visualisasi hasil analisis, membantu menyusun kuesioner survei dan eksperimen, mengecek reliabilitas dan validitas instrumen survei, serta menyusun ringkasan bacaan akademik.

(A Muzaki-Tries)