Belajar Menjadi Diplomat
“Salah satu kemampuan yang mesti dimiliki seorang diplomat adalah bernegosiasi terkait dengan berbagai isu, baik di dalam maupun luar negeri, sepeti isu perdagangan, keuangan, korupsi, kesehatan, penyebaran virus Y yang terjadi di Thailand yang endemik, pendikan, budaya, migrasi, pengungsi, Cyber crime (internet), ketimpangan ekonomi, dan sebagainya.”
Demikian diungkapkan oleh Drs. Didin Wahyudin, DEA, seorang diplomat dan kini bertugas di Pusat Analisis dan Pengembangan Kebijakan urusan Multilateral, Kementerian Luar Negeri RI, pada acara Diplomatic Workshop Selasa, 19 September 2017. Didin yang tampil sebagai pembicara pertama dari dua nara sumber workshop membawakan tema tentang “Diplomasi Indonesia : Peluang dan Tantangan.” Didin yang cukup berpengalaman di dunia diplomasi dan menurut pengakuannya, ikut andil dalam proses legalitas hak kepemilikan batik Indonesia di UNESCO, juga banyak memberikan paparan tentang tantangan yang dihadapi diplomat-diplomat Indonesia karena kompleksitas tantangan global saat ini.
Acara yang bertemakan How to be a Diplomat ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional (HIMAHI) FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bertempat di Aula Madya Lantai 1 FISIP. Kegiatan workshop ini merupakan program kerja dari bidang penelitan dan pengembangan HIMAHI dalam upaya melatih kemampuan mahasiswa HI yang ingin berkarier sebagai seorang diplomat selepas kuliah.
Sementara itu nara sumber kedua yang juga seorang diplomat Indonesia, yaitu Tubagus Edwin Suchranudin lebih banyak memberikan–informasi teknis dan procedural terkait Kementerian Luar Negeri secarai institusional dalam bidang diplomat dan tugas Kemenlu dalam berbagai hal terkait dengan urusan diplomatip. Pada kesempatan ini Tubagus juga banyak memberikan motivasi dan penjelasan kepada para peserta bagaimana caranya agar mereka siap menjadi seorang diplomat di masa mendatang.
Kegiatan workshop yang dimoderatori oleh salah seorang dosen HI, Saifuddin Zuhri, dibuka oleh Ketua Program Studi HI, Adian Firnas, M.Si. Pada kesempatan itu, Adian menekankan pentingnya acara workshop bagi mahasiswa HI terutama yang berminat untuk menjadi diplomat. Karenanya, ia berharap, agar acara-acara seperti workshop seperti yang terselenggara ini bisa dapat terus diadakan. Apalagi syarat-syarat untuk menjadi diplomat itu tidak mudah.
Kegiatan workshop diplomatik ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa HI di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saja, namun juga oleh mahasiswa HI dari berbagai kampus se-JABODETABEK. Menurut Ketua Pelaksana Workshop ini, Aisyah, mahasiswi HI Semester 7, acara workshop ini dihadiri oleh 120 peserta. Para peserta tampaknya sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut untuk mendengar paparan nara sumber bagaimana berlatih bagaimana menjadi seorang diplomat.
(ezha/iding)